Senin, 16 Mei 2011

Mencuri Minyak Dengan Memutar Balikan Fakta HAM



Saya turut prihatin dengan krisis di Libya memasuki babak baru, pertempuran tidak Cuma melibatkan pasukan oposisi dan propemerintah tetapi juga tentara Koalisi Barat yaitu dipimpin oleh AS, Inggris dan Prancis. Motifnya seharusnya dipertanyakan apakah benar-benar ingin menolong berdasarkan HAM atau mencuri minyak?


Koalisi Barat bukan Cuma menembak pangkalan militer Libya atas larangan zona terbang tetapi juga menembak warga sipil. Mantan perwakilan Liga Arab untuk PBB mengatakan bahwa Koalisi Barat mencuri minyak di Libya dengan memutar balikan fakta HAM yaitu menggulingkan Moamar Khadafi dan melindungi warga sipil.


Tindakan “Represif” Barat termasuk rezim Khadafi sebagian karena faktor minyak, menurut Menlu AS Hillary Clinton bahwa AS dan sekutunya mendukung kelompok oposisi yang berjuang melawan Diktator Libya. Apakah benar AS dan sekutunya menyerang Libya dengan motif untuk menyingkirkan perusahan minyak China dari Libya?


Sementara Moamar Khadafi member isyarat kepada rakyatnya dengan dua pilihan, yaitu dia tetap memerintah atau terpaksa membunuh mereka. Terkait dengan serangan Koalisi Barat ke Libya dengan maksud peringatan militer terhadap Negara penghasil minyak terbesar di benua Afrika itu harus disepakati seluruh anggota DK (Dewan Keamanan) PBB. Harus diputuskan secara kolektif, harus disepakati DK PBB tanpa ada Negara anggota yang memveto keputusan ini, termasuk China dan Rusia.


Sejak revolusi yang terinspirasi oleh gerakan perlawanan rakyat di Mesir dan Tunisia berlangsung, Khadafi mengerahkan pasukan militer dan tentara bayaran untuk memerangi massa oposisi. Ribuan orang diperkirakan tewas dalam serangakaian bentrokan diantara kedua kubu yang berseteru. Kendati sebagian wilayah di bagian timur Libya telah direbut massa oposisi, Khadafi yang berada di ibu kota, Tripoli, bersumpah bakal tetap berkuasa hingga titik darah penghabisan.


Mantan menteri keadalian Libya membela dan mendukung kelompok oposisi dengan membentuk pemerintahan tandingan yang berbasis di Benghazi, kota besar kedua setelah Tripoli. Ribuan warga Libya melarikan diri ke Negara-negara tetangga seperti Mesir, Tunisia, dan beberapa Negara Eropa termasuk Italia. Krisis di Libya juga tak ayal memicu kenaikan harga minyak dunia.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

bookmark

Share |

Entry Popular